Perjalanan Hidup H. Herman Kai Yang Pengusaha Sukses di Kota Makassar


Kisah hidup seorang H. Herman Kai yang seorang mantan preman menjadi pedagang dan menjadi juragan kost-kost an di kota makassar 

berawal dari seorang preman atau di masa mudanya, H. Herman Kai yang selalu datang di penjual toko untuk meminta uang dengan gayanya yang teler serta langkah kaki yg sempoyongan sehingga membuat penjual toko menjadi takut kepadanya

Keluar masuk penjara adalah hal yang biasa bagi seorang H. Herman Kai hingga ketika di dalam penjara bertemulah dengan sesama narapidana yang berasal dari kendari  bernama saleh

dari wejangan-wejangan dari pak saleh yang sesama narapidana di Rutan inilah seorang H. Herman Kai mendapatkan ilmu atau pelajaran berharga bgmn menjalani hidup dengan kejujuran, kedisiplinan, ketekunan sehingga ketika di putuskan bebas dari tahanan H. Herman Kai menerapkan ilmu atau pelajaran dari wejangan yang di dapatkan dari bapak saleh tersebut

Akhirnya H. Herman Kai ketika menghirup udara kebebasan memulai menjual kue di atas perahu untuk di jajakan ke sesama pengemudi perahu lintas pulau yang ada di kota Makassar hingga menghantarkan H. Herman Kai menjadi Penjual minyak Solar eceran menjadi pedagang skala besar dan membeli sebagian sungai yang ada di kelurahan Tallo, kemudian di timbun hingga menjadi tempat pemukiman dan tempat domisilinya H. Herman Kai sampai sekarang 

Luasnya lahan tempat pemukiman H. Herman Kai di Kelurahan Tallo tersebut di peruntukkan juga untuk pengusaha expedisi yang mau menyimpan mobil expedisinya dengan sewa pertahun sebesar 25.000.000,- (dua puluh lima juta) dan sekarang ini ada 14 pengusaha expedisi yg menyewa di lahan H. Herman Kai

disamping itu pula H. Herman Kai juga membuka kost-kost an di kelurahan Tallo, di kelurahan Barombong dan juga di wilayah kelurahan lain yang kini di kelola oleh anak dari H. Herman Kai

kisah hidup saya yang penuh suka dan duka hingga menghantarkan saya pada kehidupan kesuksesan sekarang ini, saya hadapi dengan penuh rintangan yang luar biasa dan semua itu tidak bisa diraih dengan semudah membalikkan telapak tangan, tapi filosofi hidup saya bahwa lebih baik bekerja ihlas, jujur dan disiplin hingga Mitra kerja kita menjadi bangga dan tetap bertahan memperpanjang kemitraan dengan kita dan jangan lupa bahwa tangan diatas atau memperbanyak sedekah lebih mulia dari pada mengharap imbalan dari orang lain alias minta-minta," Tutup H. Herman Kai pada awak media yang datang bertandang di kediamannya kemarin sore

Liputan Mhilina, SE

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama